Alesana - And Now For The Final Illusion

Wake up... Wake up... Wake up...
bangun....

 
My eyes open wide as I wake, panting, some say that dreams have deeper meaning.

Mataku terbuka lebar saat aku bangun, terengah-engah, beberapa mengatakan bahwa mimpi memiliki makna yang lebih dalam.
That they are cries from our subconscious.

Bahwa mereka adalah tangisan dari alam bawah sadar kita.
I never put much thought into such theories, but I felt strangely compelled to recount this one to my love,

Aku tidak pernah menempatkan banyak pemikiran ke dalam teori-teori seperti itu, tapi aku merasa aneh terdorong untuk menceritakan satu ini untuk cintaiku.
My Annabel, shaking her gently, I wonder why her flesh has the chill of virgin snow.

Annabelku, gemetar dengan lembut, Aku bertanya-tanya mengapa dagingnya memiliki dinginnya perawan salju.
My thoughts are disrupted as reality hits me like a bolt of lightning and I scream.
Pikiranku terganggu saat realitas hitsku seperti petir dan aku menjerit.

 
We are the crucified, we are the virtuous, we are the damned.

Kita yang disalib, kita adalah berbudi luhur, kita adalah terkutuk.
We are the crucified, this is our nightmare, let's pray we never fall asleep.
Kita yang disalib, ini adalah mimpi buruk kita, mari kita berdoa kita tidak pernah tertidur.

 
Imprisoned beneath the world where the soulless dwell.

Dipenjarakan di bawah dunia di mana tinggal tak berjiwa.
Lies a place that the damned call home.

Terletak sebuah tempat yang terkutuk disebut rumah.
A place where the virtuous hide in fear.

Sebuah tempat di mana menyembunyikan keluhuran dalam ketakutan.
A place we see only in our nightmares.

Sebuah tempat kita hanya melihat dalam mimpi buruk kita.
A place where the sun is silent. 

Sebuah tempat di mana matahari diam.